Sabtu, 30 Juni 2012

WAKAF TUNAI (INVESTASI AKHIRAT)



 ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
SAUDARAKU........
LEMBAGA KAMI SEDANG MELELANG TANAH UNTUK PERLUASAN TEMPAT PENDIDIKAN AL-QUR'AN DAN PEMBERDAYAAN SANTRI YATIM DAN DHU'AFA......

WAKAF TUNAI TANAH SELUAS KURANG LEBIH 1000 M2 DENGAN HARGA RP. 2.500/ Centi meter .

UNTUK INFORMASI JELASNYA BISA HUBUNGI KAMI DI : 021 68870451/ 081380102537

ALAMAT: KP. PONDOK SENTUL RT.07/010 KEL.CIATER NO 40. SERPONG TANGSEL. 14517

REK.BCA AN. ZULKARNAEN 4970304482

REK. BSM (BANK SYARI'AH MANDIRI) 1437021618
AN. ZULKARNAEN

REK BRI AN. ZULKARNAEN 7592-01-000002-53-1 (AN. ZULKARNAEN)

TERIMA KASIH SAUDARAKU.... SEMOGA KITA SEMUA SELALU DALAM RAHMAT DAN RIDHO ALLAH SWT AMIIN.....

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

LAKSANA HUJAN dan TANAH






Rosululloh صلى الله عليه وسلم mengumpamakan ilmu dan hati seperti hujan dan tanah..

. Beliau bersabda,

"Perumpamaan apa yang Allah utus aku dengan membawa petunjuk dan ilmu..
Bagaikan air hujan yang mengguyur tanah..

Riwayat Bukhari dan Muslim..



(*) Perhatikanlah air hujan itu..


Ia turun membawa keberkahan untuk bumi..

Dengannya Allah hidupkan tanah yang telah mati..
Beraneka ragam pepohonan tumbuh bertasbih memujiNya..
Sebagai kenikmatan bagi hamba-hambaNya..
Pohon itu adalah pohon iman..
Yang membuahkan buah amal yang ranum dan manis..

Ketika hujan tak kunjung datang..

Tanah menjadi kering kerontang..
Pepohonan menjadi layu..
Manusia dan binatangpun kehausan..
Berakhir dengan kematian..

(*) Demikianlah hati..


Akan menjadi kering dan

pohon imanpun menjadi layu..
Namun,
adakah hamba yang merasakan kekeringan jiwanya..

(*) Lihatlah tanah itu..


Ia butuh pengolahan yang sempurna..

Agar menjadi subur nan gembur..
Sehingga dapat menyerap air hujan dengan baik..
Lalu menumbuhkan pepohonan iman dan buah buahan amal..

Ketika tanah menjadi keras..

Ia hanya bisa menampung air hujan..
Sementara manusia dan binatang mereguk kesegarannya..
Sedang ia hampa hanya sedikit merasakan manfaatnya..

Ketika tanah menjadi licin dan tandus..

Air hujan berubah menjadi malapetaka..
Membawa banjir dan longsor..
Menghancurkan kehidupan..

Rabu, 27 Juni 2012

Pentingnya Menjalankan Sunnah Rasulullah SAW


Dari Anas bin Malik ra. katanya, Rasulullah SAW telah berkata kepadaku: 'Hai anakku! Jika engkau mampu tidak menyimpan dendam kepada orang lain sejak dari pagi sampai ke petangmu, hendaklah engkau kekalkan kelakuan itu! Kemudian beliau menyambung pula: Hai anakku! Itulah perjalananku (sunnahku), dan barangsiapa yang menyukai sunnahku, maka dia telah menyukaiku, dan barangsiapa yang menyukaiku, dia akan berada denganku di dalam syurga! ' (Riwayat Tarmidzi)

Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi SAW yang berkata: "Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku, ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala seratus orang yang mati syahid". (Riwayat Baihaqi) Dalam riwayat Thabarani dari Abu Hurairah ra. ada sedikit perbedaan, yaitu katanya: Baginya pahala orang yang mati syahid. (At-Targhib Wat-Tarhib 1: 44)

Thabarani dan Abu Nu'aim telah mengeluarkan sebuah Hadis marfuk yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW telah bersabda: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam zaman kerusakan ummatku akan mendapat pahala orang yang mati syahid. Hakim pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. juga bahwa Nabi SAW telah berkata: Orang yang berpegang kepada sunnahku dalam masa perselisihan diantara ummatku adalah seperti orang yang menggenggam bara api. (Kanzul Ummal 1: 47)

Dan Muslim pula meriwayatkan dari Anas ra. dari Rasulullah SAW katanya: Orang yang tidak suka kepada sunnahku, bukanlah dia dari golonganku! Demikian pula yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dari Ibnu Umar ra. cuma ada tambahan di permulaannya berbunyi: Barangsiapa yang berpegang kepada sunnahku, maka dia dari golonganku.

Kemudian Daraquthni pula mengeluarkan sebuah Hadis dari Siti Aisyah r.a. dari Nabi SAW katanya: Sesiapa yang berpegang kepada sunnahku akan memasuki syurga!

Dan dikeluarkan oleh As-Sajzi dari Anas ra. dari Nabi SAW katanya: Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia telah mengasihiku, dan siapa yang mengasihiku dia akan memasuki syurga bersama-sama aku!

Senin, 25 Juni 2012

Keadaan Lapar Rasulullah SAW


Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir ra. dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad SAW hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!

Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir ra. katanya, bahwa pada suatu ketika Umar ra. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.

Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)

Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi SAW memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)

Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra. dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: sering kali kita duduk sampai empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)

Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)

Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah SAW kenyang dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi: Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah SAW dari roti syair dua hari berturut-turut sehingga beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah SAW telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air.
(Kanzul Ummal 4:38)

Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.: Rasulullah SAW tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal, katanya: Rasulullah SAW selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah SAW makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas ra. katanya: Rasulullah SAW sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar. Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah SAW mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan. Dan Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)

Pernah Fathimah binti Rasulullah SAW datang kepada Nabi SAW membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah ra: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)

Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah SAW maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)

Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad ra. dia berkata: Tidak pernah Rasulullah SAW melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia. Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi SAW ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah SAW tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi: Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)

Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah ra. katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah SAW lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah SAW pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)

Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair ra. dan dia ini dari para sahabat Nabi SAW Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi SAW merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda: Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'

Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi SAW ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya!
(At-Targhib Wat-Tarhib 3:420).

Sabtu, 23 Juni 2012

Utamanya Bulan Sya'ban

Assalaamu'alaikum...
Bismillaah...

      Bulan Rajab telah kita lewati, bulan mulia itu telah meninggalkan kita, rasanya mungkin belum maksimal di bulan tersebut keseriusan dan keikhlasan kita dalam menghamba kepada Allah, namun betapa sayangnya Dia kepada kita dengan menyediakan bulan Sya'ban berikutnya yang telah kita masuki ini, rugi rasanya jika tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya , apalagi nanti akan disusul dengan datangnya penghulu bulan yaitu bulan Ramadhan sebagai pelebur segala dosa-dosa kita yang pernah kita lakukan sebelumnya.

      Rasulullah saw bersabda: “…Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”(Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

      Rasulullah saw bersabda:
“Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari, maka wajib baginya surga. Barangsiapa yang dua hari, maka ia akan menjadi sahabat para nabi dan shiddiqin pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa penuh satu bulan dan bersambung dengan bulan Ramadhan, maka dosa-dosa diampuni, dosa kecil maupun dosa besarnya walaupun ia berasal dari darah haram.” Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 55)

      Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika bulan Sya’ban tiba Ali Zainal Abidin (sa) mengumpulkan para sahabatnya kemudian berkata: “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kalian bulan apakah ini? Bulan ini adalah bulan Sya’ban, Nabi saw bersabda: ‘Bulan Sya’ban adalah bulanku, berpuasalah kamu di bulan ini karena cinta kepada Nabimu dan mendekatkan diri kepada Tuhanmu’. Aku bersumpah, demi Zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku mendengar ayahku Al-Husein (sa) berkata: ‘Aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) berkata: ‘Barangsiapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta kepada Rasulullah saw dan mendekatkan diri kepada Allah, Dia mendekatkannya pada kemuliaan-Nya pada hari kiamat dan mewajibkan baginya surga’.” (Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

      

Kamis, 21 Juni 2012

IBU.....

Hadis

1. Nabi Muhammad berkata, damai dan rahmat Allah mungkin kepada-Nya: Anda surga terletak di bawah kaki ibumu (Ahmad, Nasai).

. Seorang pria datang kepada Nabi dan berkata, ' wahai Rasulullah! Siapa di antara orang-orang yang paling... layak saya persahabatan yang baik? Beliau menjawab: ibumu. Orang berkata, ' kemudian yang?' Beliau menjawab: kemudian ibumu. Laki-laki yang lebih lanjut bertanya, ' kemudian yang?' Beliau menjawab: kemudian ibumu. Orang bertanya lagi, ' kemudian yang?' Beliau menjawab: kemudian ayahmu. (HR Bukhari, Muslim).

3. Abu Usaid Saidi berkata: kami sekali duduk dengan Rasulullah ketika seorang laki-laki dari suku Salmah datang dan berkata kepadanya: wahai Rasulullah! orang tua saya punya hak atas saya bahkan setelah mereka telah meninggal? Dan Rasulullah berkata: Ya. Anda harus berdoa kepada Allah untuk memberkati mereka dengan nya pengampunan dan belas kasihan, memenuhi janji-janji yang mereka buat kepada siapa pun, dan menghormati hubungan mereka dan teman-teman mereka (Abu Dawud dan Ibnu Majah).

4. Abdullah bin Amr terkait bahwa Rasulullah berkata: dosa-dosa yang besar akan percaya bahwa Allah memiliki mitra, untuk mematuhi satu orangtua, untuk melakukan pembunuhan, dan saksi dusta (Bukhari, Muslim).

5. Ini Diriwayatkan oleh Asma binti Abu Bakar yang selama perjanjian Hudaibiyah, ibunya, yang kemudian pagan, datang untuk melihatnya dari Mekah. Asma informasi Rasulullah kedatangannya dan juga bahwa ia membutuhkan bantuan. Dia berkata: baik untuk ibumu (Bukhari, Muslim).

Sabtu, 16 Juni 2012

Sholatnya Umar r.a.

Sholatnya Umar r.a.

Diriwayatkan dari Abdullah ibn Syadad r.a. Katanya : Saya mendengar Umar membaca surah Yusuf dalam sholat subuh. Saya juga mendengar tangis sesenggukannya. Padahal aku berada di barisan belakang. Saat itu ia membaca surah. Yusuf ayat 86 (qoola innamaa asyku batstsii wa huznii ilallaah) "Ya'kub menjawab: "Sesungguhnyalah kepada Allaah aku mengadukan kesusahan dan kesedihan."

Ibnu Umar r.a. Berkata: Saya sholat dibalakang umar, lalu saya mendengar suara tangisnya dari shaf ketiga. Diwajahnya ada dua garis hitam akibat banyak menangis.

Al-Hasan al-Bashri mengatakan bahwa Umar r.a. Membaca ayat Al-qur'an dalam sholat lalu ia menangis sampai pingsan........

Jumat, 15 Juni 2012

KESEDERHANAAN UMAR BIN KHOTOB RA




Tatkala ‘Umar ibn al-Khaththâb r.a. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu Abû Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk beliau dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan tunjangan hidup beliau.”

‘Alî kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah lalu.”

Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah ‘Umar. Namun, Utsmân menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, ‘Umar akan murka kepada kita.”

Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya memintanya untuk bertanya kepada ‘Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi Khalifah ‘Umar.

“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.

Ketika Hafshah menanyakan hal itu kepada ‘Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”

Hafshah menjawab, “Saya tidak akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah tentang usulan itu.”

‘Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah orang itu.”

Setelah itu, ‘Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi saw., “Demi Allah, ketika Rasulullah saw. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di rumahnya?”

Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai sehari-hari.”

‘Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh Rasulullah?”

Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan minyak samin.”

‘Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di rumahnya?”

Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai alas tidur.”

‘Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada mereka, bahwa Rasulullah saw. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku pun akan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abû Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”

( Târîkh ath-Thabarî, jilid I, hlm. 164).

Kamis, 14 Juni 2012

JUM'ATAN

"Siapa yang mandi pada hari Jum'at, kemudian bersegera berangkat menuju masjid, dan menempati shaf terdepan kemudian dia diam, maka setiap langkah yang dia ayunkan mendapat pahala puasa dan shalat selama satu tahun, dan itu adalah hal yang mudah bagi Allah". (HR. Ahmad dan Ashabus Sunan, dinyatakan shahih oleh Ibnu Huzaimah).


Salman r.a brkata: Rosululloh s.a.w brsabda::tiada sseorng yg mndi pd hri jum'at,dn brsuci sdptny,kmd brmyak wngi,dn brhrum2an sdptny kmd prgi kmesjid, dn tdk mmishkn antr 2orng yg sdng du2k , llu sholat sunat sdptny,kmd bla khotib tlah brkhutbah ia mndengrkn dn mmprhatiknya, mlainkn dpt dpastikn akn dampuni dosa2ny yg trjdi antar hri itu dg jum'at yg llu(bukhori).

BACAlah SURAH KAHFI PADA JUMAAT YANG MULIA INI..

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi)

Dalam surat al-Kahfi, diceritakan tentang kisah Ashaabul Kahfi :

(pemuda-pemuda beriman), kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir a.s serta kisah DZulkarnain dan Ya'juj dan Ma'juj. Dalam beberapa hadith, Rasulullah SAW menggalakkan kita agar membaca dan menghafal surah ini kerana dengan membacanya dapat menghindarkan diri dari fitnah (musibah).

Di dalam surah al-Kahfi ini terkandung isyarat penting mengenai Hari Akhirat, seperti mana yang dipelajari daripada kisah-kisah yang dipaparkan iaitu pengalaman Ashabul Kahfi yang tinggal dalam sebuah masyarakat yang kufur kepada Allah SWT, Nabi Musa a.s yang banyak belajar daripada Khidr dan tentang sebuah pemerintahan dalam kisah Dzulkarnain yang kesimpulannya dapat memberikan kita pengertian tentang nilai-nilai keimanan yang sebenar.

Semua ini perlu direnungkan oleh seluruh umat Islam kerana apabila surat ini dibaca secara keseluruhannya akan tergambar kepada kita tentang perkaitannya dengan realiti semasa yang melalui yang tahap-tahap yang berbeza iaitu permulaan, perkembangan, dan berakhirnya dunia ini dengan kedatangan nabi Isa a.s sebelum kemunculan Hari kiamat.

Minggu, 10 Juni 2012

Syetan dan Do"a

    Dulu pernah mendengar ada seorang suami istri dari bandung menuju jakarta dan di tengah perjalanan istrinya keluar dari mobil untuk membeli roti di sebuah toko, tapi dengan sangat cepat pula ada seorang perempuan yang serupa sekali dengan istrinya tersebut masuk ke dalam kendaraan suami, si istri yg sedang membeli roti itu, sang suami tidak menyadari sama sekali siapa orang yang bersamanya itu, ternyata ia adalah jin wanita yang menyukai si Suami tersebut, singkat kata mereka terus melaju menuju jakarta,sedangkan istrinya yang asli ditinggalkan. dan menginap di hotel, nah di hotel inilah mereka berhubungan layaknya suami istri......menurut sang Suami, tak biasanya sang istri begitu bergairah dan bernafsu, ada yang berbeda, tapi sang suami tidak menghiraukannya.

   Singkat cerita, mereka pulang dan sampai di rumah yang membukakan pintu adalah si istri yang sebenarnya, lalu setelah keduanya bertengkar hebat, mereka pun menyadari bahwa yang kemarin itu adalah jin.

   Dalam kehidupan kita sehari hari, apakah bisa jin yang jahat alias syetan dapat bersama-sama dalam kegiatan kita? Jawabannya adalah "Bisa"

  Coba kita perhatikan perintah Rosuululloh SAW, mengapa beliau memerintahkan seluruh ummatnya selalu membaca Do'a dalam kegiatan sekecil apapun? Jawabannya adalah itu karena dalam setiap kegiatan kita selalu diiringi Syetan /jin jahat , maka dengan membaca do'a semua syetan /jin jahat tidak akan mampu ikut serta dalam apapun kegiatan kita, sehingga segala kegiatan kita menjadi bersih dari intervensi Syetan dan menjadi kebaikan yang menjadi ibadah dan berbuah pahala....

  Kita ambil contoh kecil, Makan, jika tidak berdo'a maka syetan akan ikut bersama kita, tapi jika berdo'a maka syetan tidak dapat ikut. Dalam kegiatan lain pun demikian.

  Perintah Rosuululloh SAW sarat dengan hikmah, walaupun kelihatan sepele, hal ini dapat menentukan segalanya, dengan berdo'a Makanan yang dimakan menjadi baik dan berkah, dengan berdo'a hubungan suami istri menjadi nikmat dan nyaman, dan jikapun membuahkan seorang anak , insya Allah menjadi anak yang sholeh -sholehah, dan sebagainya.......

  Semoga senantiasa kita diberi Allaah SWT kemampuan untuk terus mampu memohon dan berdo'a kepadaNya pada setiap kesempatan.... aamiin......

Rabu, 06 Juni 2012

BIDADARI RUMAH

Sebagai muslim, baik laki2 maupun wanita mempunyai tanggung jawab da`wah & akan diminta pertanggungjawabannya mengenai da`wah. Dari rumah yg ibunya mempunyai fikir agama, maka akan lahir anak2 yg shaleh & shalehah

Setiap hari wanita selalu disibukkan dgn urusan rumah tangga sehingga fikirnya hari2 hanya urusan dunia. Oleh krn itu
dgn da'wah membawa fikir agama utk bekal menghadap Alloh Ta'ala, sehingga akan menjadikan wanita asbab hidayah, dgn beberapa amalan yg perlu wujud dlm rumah:

1. Menjadi `Alimah: wanita yg berilmu dgn menjaga ta`lim secara istiqamah. Ta`lim adalah perintah Alloh Ta'ala & salah 1 sunnah Rosululloh. Ta`lim adalah roh agama. Ta`lim adalah salah 1 pintu gerbang masuknya agama ke dlm rumah

2. Zahidah: hidup sederhana
Merupakan salah 1 sunnah cara hidup Rosululloh. Dgn hidup sederhana hisab akan mudah & ringan. Sederhana pakaian, makanan, perumahan, perabotan, penampilan dll

3. `Abidah: Ahli ibadah, menjaga shalat di awal waktu, dzikir pagi petang, semua pekerjaan rumah selalu diiringi dgn dzikir, istiqamah baca Al-Qur`an & berusaha utk selalu mengkhatamkannya, sholat2 sunnah, puasa wajib & puasa sunnah serta gemar bersedeqah

4. Murabbiyah: Sbg guru yg mendidik anak2 secara Islam sesuai dgn yg telah dicontohkan oleh Rosululloh. Krn anak adalah amanah dari Alloh Ta'ala. Kenalkan agama sejak anak2 masih kecil, latih utk selalu takut hanya kpd Alloh Ta'ala, tanamkan pada anak Cinta Alloh & Rosul-Nya, cinta saudara, sesama, dll

5. Khaddimah: Selalu berkhidmat utk suami & anak2 dlm setiap menunaikan keperluan & kebutuhan suami & anak2 serta setiap tamu yg datang ke rumah dgn ikhlas krn Alloh

6. Da`iyah : Mengajak manusia utk selalu ta`at kpd Alloh & kpd Rosululloh dgn menanamkan iman yakin kpd kampung akhirat dll

Merupakan tanggung jawab kita utk menanamkan fikir agama kpd anak2, pembantu2, keluarga, orang2 disekitar & siapapun yg bertemu dgn kita

Sabtu, 02 Juni 2012

Cara Rosululloh Bertetangga

bismillahirrahmanirrahim
Banyak diantara kita yang mungkin meremehkan adab bertetangga. Kita tidak menyadari bahwa Islam sangat memperhatikan masalah tersebut. Berikut ada cara-cara yang diajarkan Rasulullah SAW dalam bersikap kepada tetangga:
  1. Tidak menyakitinya dengan ucapan atau perbuatan
  2. Berbuat baik kepadanya
  3. Membantunya jika ia meminta bantuan
  4. Menjenguknya jika ia sakit
  5. Mengucapkan selamat kepadanya jika ia bahagia
  6. Menghiburnya jika ia mendapat musibah
  7. Memulai ucapan salam untuknya
  8. Berkata kepadanya dengan lemah lembut
  9. Santun ketika berbicara dengannya
  10. Membimbingnya kepada apa yang di dalamnya terdapat kebaikan agama dan dunianya
  11. Melindungi area tanahnya
  12. Memaafkan kesalahannya
  13. Tidak mengintip auratnya
  14. Tidak menyusahkannya dengan bangunan rumah atau jalannya
  15. Tidak menyakiti dengan air yang mengenainya, atau kotoran yang dibuang di depan rumahnya
  16. Bersikap dermawan dengan memberikan kebaikan kepadanya
Bacalah referensi-referensi hadits di bawah ini yang merupakan bukti betapa Rasulullah SAW sangat memperhatikan masalah bertetangga.
alhamdulillahirabbilalamin
Referensi:
  1. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jibril tidak henti-hentinya berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, hingga aku beranggapan bahwa ia akan mewarisi” ( Mutafaq Alaih) Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah memuliakan tetangganya.”(Mutafaq Alaih)”"
  2. Seorang Muslim diajarkan oleh Syariat Islam yang sempurna ini untuk meyakini dan mengamalkan bahwa tetangga mempunyai hak-hak atas dirinya, dan etika-etika yang harus dijalankan seseorang terhadap tetangga mereka dengan sempurna, berdasarkan dalil-dalail berikut; Firman Allah Ta’ala: “Dan berbuat baiklah kepada ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat den tetangga yang jauh” (An Nisa’:36)
  3. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Jibril tidak henti-hentinya berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, hingga aku beranggapan bahwa ia akan mewarisi” ( Mutafaq Alaih) Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah memuliakan tetangganya.”(Mutafaq Alaih)
  4. Sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut: Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari AKhir, maka janngan menyakiti tetangganya” (Mutafaq Alaih)
  5. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Demi Allah, tidak beriman. Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , Siapakah orang yang tidak beriman, wahai Rasulullah ? Beliau bersabda, Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya” (Mutafaq Alaih)
  6. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wanita tersebut masuk neraka”. Sabda di atas ditujukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada wanita yang konon berpuasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari, namun menyakiti tetangganya.
  7. Itu semua perbuatan baik yang diperintahkan dalam firman Allah Ta’ala, Tetangga dekat dan tetangga yang jauh. (An Nisa:36).
  8. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsipa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
  9. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Hai wanita-wanita Muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan tetangganya yang lain, kendati hanya dengan ujung kuku kambing” (Diriwayatkan Al Bukhari)
  10. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu: “Hai Abu Dzar, jika engkau memasak kuah maka perbanyaklah airnya, kemudia berikan kepada tetanggamu” (Diriwayatkan Al Bukhari)
  11. http://www.amaliah-astra.com/news_room/artikel/20091201143448/Tata-Cara-Bertetangga-Dalam-Islam.html

Perilaku Sayang Rasulullah SAW Pada Anak

Perilaku Sayang Rasulullah SAW Pada Anak


Ibnu Umar pernah datang kepada Aisyah RA dan berkata, “Izinkan kami di sini sejenak dan ceritakanlah kepada kami perkara paling mempesona dari semua yang pernah engkau saksikan pada diri Nabi.”
‘Aisyah menarik nafas panjang. Kemudian dengan terisak menahan tangis, ia berkata dengan suara lirih, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba. Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.”
Ibnu Katsir menukil peristiwa ini ketika menafsirkan surat ‘Ali Imran ayat 190-191. Ada yang menjadi tanda-tanya bagi kita sesudah membaca kisah ini. Jika ‘Aisyah berkata, “Kaana kullu amrihi ‘ajaba. Ah, semua perilakunya menakjubkan bagiku.”; Sku tidak tahu apakah yang akan diucapkan oleh istri kita jika suaminya ditakdirkan meninggal lebih dulu. Saya juga tidak tahu apakah yang akan diucapkan oleh anak-anak kita tentang orangtuanya.
Semuanya terpulang kepada kita. Apakah kita mau mencoba untuk menjadi bapak dan suami yang lebih menyejukkan hati –meski harus gagal berkali-kali—ataukah kita merasa telah cukup mulia dengan perhatian kita yang tak seberapa.
Banyak para bapak enggan mengusapkan tangan ke pipi anaknya yang sedang meneteskan airmata. Mereka juga tidak pernah menyempatkan diri, meski cuma sekali, untuk membaringkan tubuh anaknya yang letih hanya karena mereka merasa telah banyak berjasa dengan mencari uang yang tak seberapa.
Mereka ingin dihormati oleh anak-anaknya, tetapi dengan menciptakan jarak sehingga anak tak pernah sanggup mencurahkan isi hatinya kepada bapaknya sendiri. Mereka ingin menjadi bapak yang disegani, tetapi dengan cara membangkitkan ketakutan. Padahal Rasulullah Saw. sering mencium putrinya, Fathimatuz Zahra. Bahkan ketika putrinya telah beranjak dewasa.
Berikut ini teladan dari Junjungan Kita SAW :
Aisyah r.a.: Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi Saw. sambil berkata, “Engkau mencium anak-anak, sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.” Nabi Saw. menjawab, “Apa dayaku apabila Tuhan telah mencabut kasih-sayang dari hatimu.” (HR. Bukhari).
Nabi Saw. mencontohkan bagaimana menyayangi anak. Pernah Rasulullah Saw. menggendong cucunya, Umamah binti Abi Al-Ash, ketika sedang shalat. Jika rukuk, Umamah diletakkan dan ketika bangun dari rukuk, maka Umamah diangkat kembali.
Pernah juga Rasulullah Saw. bermain kuda-kudaan dengan cucunya yang lain,Hasan dan Husain. Ketika Rasulullah Saw. sedang merangkak di atas tanah,sementara kedua cucunya berada di punggungnya, Umar datang lalu berkata,“Hai Anak, alangkah indah tungganganmu.” Rasulullah Saw. menjawab,“Alangkah indahnya para penunggangnya!”
Tak jarang Rasulullah Saw. menghadapi anak-anak dengan sikap melucu. Bila mendatangi anak-anak kecil, Rasulullah Saw. jongkok di hadapan mereka, memberi pengertian kepada mereka, juga mendo’akan mereka. Begitu hadis riwayat Ath-Thusi menceritakan.
Sementara Usamah bin Zaid memberi kesaksian, “(Sewaktu aku masih kecil ) Rasulullah Saw. pernah mengambil aku untuk didudukkan pada pahanya, sedangkan Hasan didudukkan pada paha beliau yang satunya, kemudian kami berdua didekapnya, seraya berdo’a, “Ya Allah,kasihanilah keduanya, karena aku telah mengasihi keduanya.” (HR. Bukhari).
Abu Hurairah ra pernah menceritakan: “Rasulullah saw pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan Al-Hasan bin Ali ra. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira.
Pernah Beliau sholat sambil menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah saw dari suaminya yang bernama Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq ‘alaih)
Kisah tentang Rasulullah Saw. bersama anak adalah kisah tentang kasih-sayang. Ia memendekkan shalatnya ketika mendengar tangis anak. Karena anak pula, Rasulullah Saw. pernah bersujud sangat lama. Begitu lamanya Rasulullah Saw. bersujud sampai-sampai para sahabat mengira Rasulullah Saw. sedang menerima wahyu dari Allah ‘Azza wa Jalla. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah, ada cucu yang menaiki punggungnya.
Tentang mencintai anak, Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka, tepatilah. sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki.” (HR. Ath-Thahawi).
Air mata Nabi Muhammad saw menetes disebabkan kematian putra beliau bernama Ibrahim, Abdurrahman bin ‘Auf ra bertanya kepada beliau: “Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab: “Wahai Ibnu ‘Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Sesungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta’ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhari)
Meskipun anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Nabi Muhammad saw tidaklah marah, memukul, membentak, dan menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang dalam menghadapi mereka.
Hari ini, ketika kita mengaku sebagai ummat Muhammad, apakah yang sudah kita lakukan pada anak-anak kita? Apakah kita telah mengusap kepala anak-anak kita sebagaimana Rasulullah Saw. melakukan? Apakah kita juga telah mengecup kening anak-anak kita yang sangat rindu kasih-sayang bapaknya?
Ataukah kita seperti Aqra’ bin Habis At-Tamimi yang tak pernah
mencium anaknya, sehingga Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari).
Kita ingin disayangi oleh anak-anak kita ketika usianya telah tua, tetapi tidak pernah menanam cinta dan kasih-sayang. Kita ingin dirindukan oleh anak-anaknya di saat renta, tetapi tak pernah punya waktu untuk tertawa bersama. Banyak yang merasa, kerja sehari telah cukup untuk membeli semua. Sehingga tidak ada yang mengetahui urusan anak di rumah, kecuali istri. Bahkan yang lebih tragis, istri pun tak tahu sama sekali, sebab telah ada pembantu yang menggantikan semuanya.
Astaghfirullahal ‘adzim. Alangkah sering kita merasa suci, padahal tak satu pun perilaku Nabi Saw kepada anak atau istri yang sanggup kita contoh.